Jika saja engkau mengerti, pertemuan kita di masa lalu adalah akibat perpisahan kita di masa depan.
Barangkali sulit dipahami, aku adalah orang yang rumit, aku lebih suka memikirkan sesuatu yang orang lain menganggapnya sederhana, dan sama sekali tidak tertarik memikirkan kerumitan orang-orang yang berada di sekitarku. Begitu juga ingatanku, dia bukanlah sesuatu yang sederhana, dia memiliki kebiasaan yang aneh, selalu berusaha keras untuk mendahului peristiwa apapun yang akan terjadi.
Saat lomba lari, ingatanku tahu bahwa akulah pemenangnya hingga kemudian ia menggerakkan kaki-kakiku untuk lari sekencang-kencangnya dan mengakhirinya di posisi terdepan, rupanya ingatan menyiapkan tubuhku agar pantas menerima kemenanganku kelak.
Ingatan sangat pandai berkata-kata, saat pertama kali kau hadir dalam hidupku, dia menggandengmu dengan kesedihan lain sambil berkata : “Ada yang kelak akan berpisah.” Dia menyiapkan kesedihan sebelum sedih itu sendiri menghampiri, seperti tangis yang mendahului air mata, seperti tawa yang pecah mendahului alasan dan kebahagiaan.
Sebelum saat berpisah tiba, aku selalu percaya bahwa kau adalah orang yang baik, aku tak pernah marah meskipun engkau menyakitiku berkali-kali, sebab ingatanku mengerti benar di masa depan, kelak engkau sungguh sangat menyesal.
Aku hidup begitu lama bersama ingatanku, dia mengajariku banyak hal.
Dan kini ingatan menuntunku menuliskan tulisan ini karena dia tahu bahwa Kau kini mengerti kenapa pertemuan kita ada, karena di masa depan aku dan engkau akan mengalami perpisahan.